SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia Ke - 71

Bismillahirrahmanirrahiim...

Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat berharga bagi sebuah bangsa. Karena keberadaannya telah diakui oleh dunia. Ia bisa melakukan aktifitas kebangsaannya tidak dibawah tekanan negara lain lagi. Tidak didikte. Tidak ada campurtangan lagi. Karena telah mempunyai hak dan wewenang sebagai negara yang merdeka untuk mengatur sendiri secara bebas integritasnya.

Allah Hu Akbar !!!

Alhamdulillah Segala puji dan syukur hanya kita panjatkan kepada Allah SWT. semata, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Memberi, Yang Maha Kasih Sayang, yang telah memberikan kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia, sebagai buah dari perjuangannya yang panjang dalam meraih kemerdekaannya.

350 tahun lebih bukan masa yang sebentar berada didalam penjajahan. Betapa besar kesabaran, ketabahan serta ketawakkalan bangsa Indonesia. Menjalani segala tekanan penjajahan yang demikian bengisnya. Itu karena falsafah rakyat Indonesia terutama masyarakat  Jawa, yang selalu “nrimo ing pandum” (menerima segala keadaan dengan lillahita’ala, terserah bagaimana Allah saja).

Itu pada awalnya. Namun bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat. Bangsa yang bermoral. Bangsa yang berharga diri tinggi. Bangsa yang tak mau diperlakukan dengan semena-mena oleh bangsa lain di tanah airnya sendiri. Ketika menyadari, betapa para penjajah bumi pertiwi Indonesia semakin tak tahu diri, semakin merajalela kesewenang-wenangannya, semakin ingin ikut campur tangan mengatur seluruh sendi kehidupan rakyat Indonesia, hingga para ulama disatroni...

Maka bangkitlah kegeraman rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Okelah kalau penjajah hanya melampiaskan kerakusannya dengan memboyong hasil rempah-rempah dari Indonesia ke negaranya tak begitu masalah meskipun sikap ini juga sangat terpaksa. Rakyat Indonesia masih merasa cukup makanan untuk para penduduknya dengan apa adanya.

Masa penjajahan rakyat Indonesia masih tak berdaya karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sehingga mudah dipecah belah, mudah diombang-ambingkan, mudah dibodohi, dan mudah ditipu oleh bangsa lain.

Sejak para ulama disatroni, gerak pengembangan Islam dibatasi, walaupun tidak terang-terangan, maka rakyat Indonesia mulai bangkit semangat kemerdekaannya, bahwa penjajahan harus dilenyapkan dimuka bumi, khususnya dari bumi pertiwi Indonesia.

Dibawah pimpinan Soekarno, terbentuklah wadah organisasi kepemudaan yang terdiri dari para pemikir, cendekiawan, ulama, sebagai tempat untuk menggodok pemikiran-pemikiran, inspirasi-inspirasi atau gagasan-gagasan, uneg-uneg, juga sebagai wadah untuk memompakan semangat juang, bagi terwujudnya kemerdekaan Indonesia.

Melalui perjuangan yang sangat panjang, dengan pengorbanan moril dan materiel yang tak bisa dihitung, dengan pengorbanan darah, air mata, bahkan nyawa para pejuang, maka atas ijin Allah SWT, pada tanggal 17 Agustus 1945, alhamdulillah Allah Hu Akbar, telah dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Tokoh Kemerdekaan Indonesia yang nama harumnya akan selalu dikenang oleh seluruh bangsa Indonesia selama-lamanya.

Menghargai kemerdekaan

Betapa bersyukurnya kita Bangsa Indonesia, yang telah dikaruniai kemerdekaan oleh Allah SWT. Kemerdekaan adalah suatu modal yang tak ternilai suatu bangsa untuk mengembangkan integritasnya diatas kakinya sendiri tanpa tekanan dan campur tangan fihak lain.

Bagaimana cara kita menghargai kemerdekaan yang telah kita raih ini ? Tentu yang utama adalah mempertahankannya, mengisinya dan mengembangkannya agar menjadi negara yang bermartabat. Bermoral atau berakhlak tinggi. Menjadi negara yang mampu mengembangkan SDM masyarakatnya sehingga menjadi negara yang aman, damai, sentosa. Negara yang mandiri dan tidak ada ketergantungan dalam berbagai hal dari negara lain.

Hidup berdampingan dengan negara lain atau negara tetangga memang baik, sebagai anggota dari masyarakat dunia, kita harus bisa bekerjasama yang saling menguntungkan bagi kepentingan bersama. Namun sebagai bangsa yang bermartabat, kita harapkan kita bisa menjadi bangsa yang punya warna tersendiri, warna yang khas, yang mampu mewarnai negara-negara didunia yang manapun, bukan malah diwarnai oleh infiltrasi asing.

Lalu bagaimana caranya ? Modalnya adalah kuatnya agama, kuatnya iman, kuatnya akhlaqul karimah bagi tiap-tiap individu kita.  Jika kita berpegang pada tali Allah. Berpegang pada tuntunan agama. Taat kepada perintah Allah. Menjunjung tinggi teladan kehidupan yang telah diteladankan oleh Rasulullah SAW, maka kita PASTI ! bukan insya Allah lagi, akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kuat, bangsa yang mandiri, bangsa yang bermartabat, yang dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain didunia ini.

Jika setiap individu bisa akhlaqul karimah. Menjunjung tinggi kebenaran serta kejujuran. Menghargai hak-hak orang lain. Berkiblat kepada Hukum-Hukum Allah yang ada didalam Al Qur’anul Karim. Maka dalam tiap-tiap keluarga akan tercapai kehidupan yang aman, damai dan sejahtera tak kekurangan sesuatu apapun. Karena semuanya telah dicukupi oleh Allah SWT.  Karena Allah telah Ridho dengan keluarga-keluarga yang akhlaqul karimah, sebagaimana diturunkannya Al Qur’anul Karim adalah untuk membenahi akhlaq manusia agar menjadi sempurna akhlaqnya.

Jika setiap keluarga sudah mencapai akhlaqul karimah, kehidupannya sudah aman damai dan sejahtera bahagia, maka tak akan ada korupsi, tak akan ada perampasan hak, tak akan ada kesewenang-wenangan, tak akan ada keonaran, pencurian, perampokan dan segala pelanggaran hukum.

Segala kejahatan didunia ini, semua berawal dari kehidupan yang tidak berakhlak. Kehidupan yang tidak Islami. Kehidupan yang tidak meneladani Hukum didalam Al Qur’an. Berawal dari kehidupan yang tidak berbahagia. Kehidupan yang tidak berkiblat dari sendi-sendi hukum Al Qur’an..
Ya Allah...

Kapan negeriku ini terbebas dari korupsi yang berdampak pada kesengsaraan seluruh rakyat ? Kapan negeriku ini terbebas dari kesenjangan sosial yang begitu menganga ? Disini ada yang tak bisa makan. Disana banyak gedung bertingkat dan orang mempunyai mobil mewah bertebaran. Labelnya satu “Rakyat Indonesia”. Apakah fenomena ini sekedar perbedaan nasib ? Atau Tuhan sudah tak bisa bersikap adil lagi ?

Tidak saudaraku. Tentu ada yang salah dari semua kita. Ada sikap-sikap atau pandangan-pandangan hidup yang salah, yang mempengaruhi sytem dari negeri kita sehingga semua keadaan menjadi tumpang tindih dan carut marut di negeri ini.

Kapankah negeriku terbebas dari kerakusan individu ? Dari egoisme pembesar negeri yang selempang jabatannya hanya untuk menggendutkan perut sendiri ?
Kapankah tambang emas negeriku bisa kami manfaatkan untuk kepentingan rakyat di negeriku ? Freeport...adalah kekayaan nyata negeriku yang dengan enaknya hasilnya diboyong ke negara lain tanpa pemimpin kami berdaya untuk menghentikannya ! Kekayaan yang sebenarnya bisa untuk mengatasi hutang-hutang luar negeri yang makin menggunung dari waktu ke waktu...Allah...

Inikah kemerdekaan yang diimpikan oleh para pejuang dan syuhada negeri ? Kemerdekaan dibawah bayang-bayang tekanan ekonomi, kesengsaraan rakyat, egoisme pejabat, kerusakan segala system pemerintahan, korupsi yang merajalela sehingga nyaris menjadi kebudayaan, rancunya segala hukum dan perundang-undangan ?

Ya Allah...

Kapankah negeriku terbebas dari segala ujian dan musibah ? Tsunami, banjir, gempa, gunung meletus, tanah longsor serta musibah-musibah nasional yang lainnya ?

Apakah semua keadaan ini masih bisa diatasi ? BISA !!! Jika kita semua bertanggungjawab sebagai anak negeri. Tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, namun juga ikut memikirkan keselamatan seluruh bangsa. Merasa memiliki bukan hanya memakai atributnya saja “Bangsa Indonesia”

Mengikuti pengajian “MAIYAHNYA” Cak Nun, sungguh membuat setiap individu yang mendengar dipaksa untuk sadar-sesadarnya, menyadari siapakah diri ini ? Bagaimanakah diri ini, baik sebagai makhluk kepada Tuhannya, maupun sebagai bagian terkecil dari Bangsa Indonesia, Nusantara yang pernah jaya dimasa kebesaran Majapahit.

Salam hormat dan rindu saya selalu untuk Cak Nun, sebagai sosok yang sangat spesial bukan saja untuk Indonesia namun untuk kaliber dunia !

Sosok yang sama sekali sudah tak pernah ingat memperhatikan dirinya lagi. Apa yang dimakan, apa yang dikenakan. Tak penting baginya. Hingga menjadikan Pak Harto mantan presiden kita, pada akhir hayatnya merasa perlu untuk mengangkat Cak Nun sebagai Guru Spiritualnya. Cak Nunlah yang telah berhasil memberikan nasehat kepada Pak Harto untuk mengikhlaskan jabatannya sebagai presiden, sehingga lengser dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia, dengan hormat mengundurkan diri tanpa paksaan. Belum tahu ya ?

Jika kita ingin Indonesia ini menjadi negeri merdeka “yang merdeka”, maka marilah kita membenahi diri sendiri, menjadi insan yang akhlaqul qarimah. Insan yang berakhlak mulia. Insan yang mampu berkarya dan berprestasi. Sehingga menjadi insan-insan yang mandiri tidak tergantung kepada orang lain.
Setiap kita semua dibekali dengan segala kekurangan dan kelebihan oleh Allah SWT.

Tak usah iri dengan kesuksesan orang lain dan tak perlu mencemooh kegagalan orang lain pula. Setiap manusia mempunyai puncak kesuksesan dan puncak kegagalan. Hendaknya itu disadari oleh setiap kita. Sehingga kita bisa menyiapkan diri ketika berada pada titik terendah kegagalan atau kejatuhan. Tidak putus asa. Tidak menyalahkan orang lain. Namun bisa interospeksi atas setiap kekurangan diri.

Sebaliknya telah siap pula ketika pada suatu saat Allah menuntunnya menuju puncak kejayaannya. Sehingga ia tidak sombong. Selalu bersyukur. Ingat dan mau selalu berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Karena menyadari, bahwa kesuksesan ini, bahwa kejayaan ini, bukan semata atas hasil jerih payahnya, atas ikhtiyarnya, atas kerja kerasnya selama ini. Namun lebih kepada Rahmat dan Karunia serta Ridho dari Allah SWT.

Jika kita semua bisa menyadari, bahwa pada kegagalan ataupun kesuksesan ada kehendak Allah didalamnya. Maka kita tak akan terlalu bersedih saat berada pada titik terendah, dan tak akan jumawa atau sombong pada ketika kita berada di puncak tertinggi kejayaan. Karena sebenarnya setiap manusia tak mempunyai kekuatan apapun, kecuali atas pertolongan Allah SWT.

Apakah kalau manusia sudah sampai ajalnya ia bisa membanggakan diri dengan segala pencapaiannya ketika ia hidup didunia ? Rumah megahnya ? Mobil mewahnya ? Dan segala harta bendanya yang berjibun ? Segalanya bakal ditinggalkannya, kecuali beberapa meter kain kafan yang dipakai untuk membungkus jasadnya.

Kembali Soal Bagaimana Kita Menghargai Kemerdekaan.

Kita harus menghargai kemerdekaan Tanah Air kita !!! Menghargai pergorbanan para pejuang yang telah berjuang meraih kemerdekaan dengan cucuran keringat, darah dan air mata, bahkan nyawanya ! Karena betapa menderitanya orang yang hidup dalam negara jajahan. Atau hidup dalam negara yang terus berkecamuk perang. Hatinya selalu was-was tak pernah tenang. Hidupnya senantiasa dibawah bayang-bayang kematian panasnya peluru yang bertebaran. Dibawah todongan senapan. Dibawah ancaman dentuman bom yang setiap saat bisa saja membumihanguskan rumah seisinya termasuk diri dan keluarganya.

Itu adalah masa lalu negara kita. Pada tanggal 17 Agustus 2016 yang akan datang telah genap 71 tahun kita merdeka ! Apakah yang sudah kita peroleh saat ini ? Kemajuan atau kemundurankah ?

Bagaimanapun kondisi Indonesia saat ini. Dengan hutang negara yang bertumpuk. Dengan kesenjangan sosial yang makin menganga. Dengan berbagai pelanggaran system diberbagai bidang. Kita masih tetap bersyukur ! Meskipun ada harga pangan yang tak terjangkau oleh sebagian kita, namun tak ada insan Indonesia yang mati karena kelaparan.

Kita masih diliputi kedamaian. Masih banyak toleransi atas kepentingan orang lain. Masih banyak kegotongroyongan masyarakatnya. Masih terjaga toleransi beragama. Masih Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda masih tetap satu. Berbeda kepulauan. Berbeda suku bangsa. Berbeda bahasa daerahnya. Berbeda kebudayaannya. Berbeda agama. Berbeda aliran kepercayaannya. Kita masih tetap bisa bersatu sebagai “Bangsa Indonesia”.

Sudah saya sampaikan diatas. Bahwa menghargai kemerdekaan bukan sekedar dengan cara menghormati Sang Saka Merah Putih pada setiap Upacara Bendera. Habis itu lalu selesai. Tapi terlebih mengisi dan menjaganya. Agar negeri ini tetap merdeka dalam arti merdeka yang sesungguhnya !

Merdeka bukan saja secara kedaulatan. Tapi merdeka dari segala penjajahan yang lain. Dari penjajahan ekonomi. Dari penjajahan kebudayaan. Dari penjajahan infiltrasi atau ikut campur tangan asing atas pemerintahan kita. Sudahkah itu semua kita capai ? Belum bukan ?

Sepertinya kita ingin berbuat banyak untuk mengatasi keadaan negara. Namun ternyata kita tak berdaya. Karena di segala bidang kita tak berdaya. Sekarang ini negara kita banyak ketergantungan dengan negara-negara lain dengan alasan untuk melaksanakan “kerjasama antar negara tetangga” atau lebih luasnya untuk menciptakan kehidupan yang kondusif dilingkungan pergaulan Internasional. Benarkah ?

Dari jaman ke jaman kita makin kehilangan jatidiri sebagai “Bangsa Yang Besar”. Makin tak percaya diri. Ya Allah. Kita adalah negeri ke-2 yang mempunyai Wali terbanyak di dunia sesudah negeri Yaman. Bukankah kita harus sangat bersyukur ? Karena di negeri kita banyak diberi Allah, Wali-Wali yang sangat dicintaiNya ? Wali Wali yang membuat turunnya Ridho Allah ke dunia dimana beliau para Wali itu berada.

Kita seharusnya sadar sesadar-sadarnya. Mengapa negeri kita selalu diburu oleh negara negara lain untuk berbagai kepentingannya ? Karena negeri kita adalah negeri yang KAYARAYA, SUBUR MAKMUR LOH JINAWI, hanya belum kerto raharjo.

Sehingga Koes Plus bilang dalam lagunya “Kolam Susu” : Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Bagi dunia, Indonesia tetap merupakan incaran utama untuk bisa menguasainya. Paling tidak di bidang ekonomi dan sumberdaya alamnya. Sadarkah kita ? Maukah seluruh kekayaan alam negeri ini nantinya habis diambil oleh orang lain sementara kita dan anak cucu kita kelak hanya “gigit jari” ? Sungguh kasihan bukan ?

Oleh karena itu, marilah kita mulai memikirkan bagaimana bisa mengembalikan segala milik negeri kita yang telah diambil oleh orang lain, kembali ke pangkuan negeri ini lagi. Kita BISA ! Asal kita menjadi pribadi-pribadi yang akhlaqul karimah, yang akan menuntun kita ke kehidupan yang tentram damai, berkecukupan, mandiri dan tidak ketergantungan kepada orang lain.

Jika Indonesia terdiri dari masyarakat yang mandiri kehidupannya, maka negeri ini akan menjadi kuat, percaya diri, sehingga tak perlu lagi adanya ketergantungan dari negara manapun ? Ciptakan kerja bukan mencari pekerjaan. Bismillah...

Demikian DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI YANG KE – 71. JAYALAH BANGSAKU JAYALAH NEGERIKU. Aamiin.

Alhamdulillahirabbil’alamiin.
Purworejo, 8 Agustus 2016

Yang selalu prihatin atas negeri ini,
Niniek SS
Labels: EDISI SPESIAL, Renungan

Thanks for reading Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia Ke - 71. Please share...!

0 Komentar untuk "Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia Ke - 71"

Back To Top