SOLUSI SAKIT MAAG

Blog pengalaman sembuh sakit maag kronis | obat alami sakit maag | makanan sakit maag | cara sembuh sakit maag | pantangan sakit maag

http://solusi-sakit-maag.blogspot.com/2014/07/resensi-buku-rahasia-sembuh-sakit-maag.html

Bagaimana Sebaiknya Mensikapi Nikmat ?

Bismillahirrahmanirrahiim...

Kepada siapakah hendaknya kita menyembah ? Bersyukur ? Dan memuji ? Atas segala nikmat yang kita terima setiap saat ?

Nikmat diberikan tambahan umur. Sehingga bisa bertaubat untuk mengurangi dosa serta berbuat kebaikan untuk menambah amal. Bisa bersilaturahmi dengan keluarga, anak, cucu, dan sanak saudara.

Nikmat Sehat sehingga bisa beribadah dengan baik. Banyak kok yang semangatnya menggebu untuk ibadah namun ternyata kakinya tak bisa ditekuk untuk rukuk, karena sakit. Kepalanya muter untuk sujud. Jempol kakinya kejatuhan suatu benda hingga terluka, lalu tak bisa duduk sempurna ketika tahiyat. Jika kita sehat bisa melakukan berbagai aktifitas hidup yang bermanfaat.

Nikmat bisa bekerja. Sehingga bisa memberikan nafkah untuk keluarganya. Atau bagi seorang isteri bisa membantu suaminya mencari tambahan penghasilan.

Nikmat bisa beraktifitas apapun, bisa berkarya, sehingga hidupnya bermanfaat bukan semata untuk dirinya sendiri, namun juga untuk keluarga dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Nikmat kebahagiaan. Bersama dengan keluarga. Hidup damai dalam lingkungan tempat tinggal. Dalam lingkungan pekerjaan. Atau dalam lingkungan dimanapun kita hidup. Banyak kan karena sesuatu hal, hidup berkeluarga terpaksa harus berpisah ? Suami dan isteri terpaksa berpisah berjauhan ?

Nikmat kesejahteraan. Dimana segala kebutuhan kita tercukupi setiap harinya. Kebutuhan akan makan, pendidikan anak-anak, kebutuhan untuk paguyuban kemasyarakatan. Kebutuhan untuk mendukung kesehatan. Dan berbagai kebutuhan yang lainnya.

Nikmatnya suatu ujian. Entah itu sakit, kesedihan, kesulitan, kegagalan dalam hidup, keruwetan masalah, kebangkrutan ekonomi, dan lain sebagainya. Kita pikir nikmat hanyalah yang enak-enak belaka ? Tidak teman. Apapun pemberian Allah adalah nikmat. Entah itu baik atau buruk. Entah itu menyenangkan atau menyedihkan. Entah itu kesuksesan atau kegagalan. Entah itu sehat atau sakit. Entah itu kesulitan atau suatu kemudahan, dan lain sebagainya...

Apapun bentuknya pemberian Allah adalah suatu nikmat. Karena didalamnya ada suatu kehendak kebaikan dari Allah SWT. untuk kita. Allah sungguh-sungguh ingin agar semua manusia masuk kedalam surga jannah yang diciptakanNya. Oleh karena itu dalam FirmanNya didalam Al Qur’an disampaikan sejelas-jelasnya tentang hal-hal yang harus dilakoni manusia untuk bisa masuk dan tinggal abadi didalam surga jannahNya. Karena begitu sucinya surga jannah, sehingga yang berhak tinggal didalam surga jannah adalah orang-orang yang bersih, yang disucikan dirinya oleh Allah SWT, atau orang-orang yang memang dikehendakiNya dengan hak prerogativNya untuk tinggal dalam surga jannahNya.

Allah menyayangi orang-orang yang taat kepadaNya. Melakukan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.  Allah menyenangi kesucian sebagaimana DiriNya sendiri adalah Maha Suci. Sehingga diciptakanNya surga jannah untuk manusia-manusia yang taat kepadaNya, yang hidupnya senantiasa berusaha mendekat kepada kebaikan dan kesucian. Dan Allah pun menciptakan hukum-hukum dalam Al Qur’an untuk menyaring manusia-manusia yang memang berhak masuk kedalam surga jannahNya.

Tidak bisa dong, manusia yang tunduk serta taat kepada Allah diberi tempat tinggal yang sama dalam keabadian nanti dengan manusia yang ketika hidupnya sekehendaknya sendiri, serta mengesampingkan hukum-hukum Allah dan meremehkan perintah-perintahNya !

Nikmat Enak

Nikmat Enak adalah pemberian Allah agar kita manusia mensyukurinya. Adalah bentuk kasih sayangNya. Adalah salah satu tanda kebesaranNya. Adalah salah satu bentuk keadilanNya. Perbuatan yang baik akan mendapat balasan yang baik, dan perbuatan yang buruk tentu akan memetik buah yang buruk pula. Ini adalah pelajaran bagi orang-orang agar ia berpikir, dan dapat menarik hikmah dari setiap kejadian. Bukankah jika manusia bersyukur atas setiap nikmat maka akan ditambah-tambahkanNya nikmat kepada manusia itu ?

Nikmat Tidak Enak

Nikmat tidak enakpun sebenarnya adalah tanda kasih sayangNya. Allah tidak ingin manusia yang jatuh kedalam dosa tetap berkubang dalam dosanya hingga ia meninggal dunia. Allah ingin setiap orang yang sedang jatuh kedalam dosa segera menyadari dosanya, bertaubat dengan sungguh sungguh kepadaNya, dan tidak mengulanginya lagi sesudahnya. Sehingga ia menjadi manusia yang fitri kembali sebagaimana ketika ia dilahirkan dulu, dan Allah menjadi Ridho kepadanya.

Pencucian dosa itu bisa berupa sakit penyakit, musibah, kebangkrutan usaha, kegagalan dalam hidup, kesedihan, kesulitan ekonomi, kebuntuan hidup dan segala macam keadaan yang tidak mengenakkan. Jika sudah seperti ini, uang bukanlah segala-galanya, dan tidak bisa menjamin terselesaikannya sebuah masalah. Allah hanya ingin manusia kembali kepadaNya, kepada jalanNya yang lurus ! Titik !

Orang kalau sudah merasa jalan hidupnya buntu lantas berontak sambil mengeluh :”Ya Allah...dosaku apaaaa...mengapa hidupku seperti iniiii...?”

Itu adalah pertanyaan yang bagus, jika seterusnya diikuti dengan segala interospeksi mengakui segala kekurangan diri, lalu bersimpuh kepada Allah SWT. memohon pengampunan dengan segala kerendahan hatinya.

Ada yang malah dengan sombongnya berujar :”Sepertinya semua kebaikan sudah kulakukan, syahadat,sholat, puasa, zakat, haji , berbuat baik, sedekah juga sudah kulakukan, namun mengapa hidupku masih seperti ini Ya Allah...apa salahku ? Apa dosaku ?”...Kita banyak yang terperangkap kepada persangkaan yang keliru sehingga apa yang kita lakukan sangka kita sudah sangat baik semua-semuanya, namun tidak membuahkan hasil sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah. Bagaimana ini ?

Soal Syahadat kita.

Alhamdulillah jika kita telah bersyahadat. Mengaku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Benarkah apa yang telah kita saksikan itu ? Kita mungkin baru sekedar percaya namun belum yakin, apalagi takut kepada Allah SWT dan mencintai Muhammad Rasulullah SAW.

Buktinya, kita masih leluasa melakukan korupsi. Dengan santainya melakukan perselingkuhan. Baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Tak peduli bahwa kita sudah mempunyai suami atau isteri. Berfoya-foya serta menelantarkan keluarga. Tidak pernah sholat jama’ah di masjid boro-boro membaca Al Qur’an. Masih suka marah serta suka membentak orang tua mentang-mentang semua kebutuhan orang tua ia yang menanggungnya. Masih suka semena-mena kepada anak dan isteri. Masih suka semena-mena kepada bawahannya di kantor. Masih sombong dan angkuh. Masih tidak menghormati suami, boro-boro taat kepada suami, mentang-mentang yang mencari nafkah adalah kita, karena suami lagi sakit maag atau gerd yang sudah bertahun-tahun belum sembuh-sembuh juga.

Lalu apakah syahadat yang seperti ini, yang baru diucapkan di bibir, diterima oleh Allah SWT ? wallohua’lam...

Soal sholat kita.

Alhamdulillah, jika kita sudah rajin sholat, tepat waktu lagii...itu memang sudah baik ! Namun kita lihat dulu, apakah sholat kita sifatnya baru menggugurkan wajib atau sudah benar-benar menghadap kepada Allah Ta'ala ? 

Bahkan ketika kita sholat kita tidak menyadari kepada siapakah kita sedang menghadap. Kepada Allah-kah ? Sebab ketika kita sholat, yang terlintas dalam pikiran kita, adalah berbagai hiruk pikuk kehidupan yang kita alami. Bagaimana ini, Bu Anu tadi sudah datang lagi menagih hutang, sementara ini belum ada bayangan sama sekali dengan apa untuk membayarnya. Lalu berganti lagi lintasan pikiran kita, bapaknya anak-anak kok kalau siang sekarang jarang pulang makan siang ya, jangan-jangan ia punya slingkuhan di kantornya ? Lalu tak lama kemudian menahan geram, ingat kepada anak laki-lakinya si Entong, yang masih lajang yang sangat sulit diatur, sekolahnya gak genah, ngrokokan terus, tak ngerti bantu-bantu pekerjaan orang tua dirumah, kerjanya hanya kluyuran setiap hari !

Jika sholat kita masih seperti ini, pantaskah kita berharap kepada Allah, apa yang kita lakukan akan menghasilkan buah ?

Soal Puasa kita

Alhamdulillah, jika kita sudah bisa menjalankan puasa wajib bulan Ramadhon dengan takzim, apalagi puasa sunnah Senin dan Kamis. 

Banyak fenomena terjadi dikalangan kita. He he mungkin saya juga seperti ini..Niatnya memang puasa. Namun mulai pagi-pagi buta bukan memikirkan bagaimana puasa hari ini bisa sempurna ? Melainkan yang dipikirkan adalah nanti sore apa yang mau untuk berbuka ? Sayurnya, lauknya, buahnya, snacknya ? Sehingga pagi-pagi kulkas sudah penuh dengan segala macam bahan masakan. Ayam, daging, telor, ikan, tinggal pilih. Sayuran juga yang terbagus yang ada di supermarket.

Sementara kita tak peduli, ada tetangga yang tak mampu disebelah rumah kita. Yang setiap harinya suaminya menarik becak entah dapat penumpang entah tidak. Entah nanti sore untuk berbuka puasa punya beras atau tidak ? Punya uang untuk masak berbuka atau tidak ?

Apakah puasa yang seperti ini bakal mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah SWT ? apalagi ampunan dari api neraka ? Karena kita berfoya ria, sementara saudara muslim kita disebelah tembok kita ada yang merintih kepada Allah SWT. karena hingga sore hari belum mendapatkan uang sepeserpun untuk sekedar berbuka bagi keluarganya ? Astaghfirullahaladziim.  

Yuk sama-sama kita renungkan teman...

Soal Zakat kita.

Alhamdulillah jika kita sudah sadar untuk mengeluarkan zakat kita

Kita wajib mengeluarkan zakat kita minimal 2,5 % dari penghasilan kita, karena itu bukan hak kita.  Namun ketika kita mengeluarkannya, kita tidak ikhlas. Kita ngedumel :”Yaaah..sebenarnya itu kan bisa untuk bayar ini bayar ituu...?”. Lalu zakat yang dikeluarkan dengan sikap hati yang seperti ini, dapatkah membersihkan harta kita dari yang haram-haram ? Dapatkah ? Memang ujudnya kita telah berzakat, namun gaibnya benarkah kita sudah berzakat ?

Soal Haji kita.

Alhamdulillah jika kita sudah bisa menunaikan ibadah haji

Karena tidak setiap kita yang sudah mampu mendapatkan hidayah untuk berangkat haji. Berangkat haji adalah soal hidayah. Meskipun mempunyai uang yang berlimpah, namun jika belum mendapatkan hidayah, ada saja alasannya untuk berhaji. Yang anak-anak belum selesai kuliah. Yang anak-anak masih kecil tidak tega meninggalkan. Yang kesehatannya belum memungkinkan dan berbagai macam alibi dan alasan.

Lalu, adakalanya seseorang yang sudah berkali-kali naik haji, namun ia belum ngerti hakekatnya berhaji. Ia masih pelit bersedekah. Ia masih tidak peduli kepada kesulitan orang lain. Ia enggan memberikan pertolongan kepada kesulitan saudara apalagi orang lain. Ia hanya berbangga, karena telah berkali-kali naik haji, namun hajinya bukan haji yang mabrur.

Jika kita seperti ini, masih pantaskah kita berharap akan pahala-pahala dari haji kita ? Untuk merinfaq bagi pembangunan masjid saja hanya keluar 100.000 sementara simpanan uang kita masih ada ratusan juta rupiah didalam bank. He he..yuk kita belajar bersama tentang suatu hakekat.

Soal sedekah kita.

Allah menjanjikan bahwa bersedekah :
  • akan dilipatgandakan pahalanya, 
  • bisa menghapus dosa, 
  • bisa memisahkan diri dari neraka, 
  • mendapatkan naungan pada hari akhir, 
  • bisa memadamkan panasnya alam kubur, 
  • merupakan amal yang tak terputus hingga kematian, 
  • dapat menambah harta kekayaan kita, 
  • bisa mengobati penyakit, 
  • dapat menghindarkan dari musibah dan mara bahaya, 
  • bisa melewati jembatan shiratal mustaqim dengan lebih cepat, 
  • orang yang senang bersedekah akan dimasukkan kedalam surga tanpa hisap dan siksa. 
Apakah sedekah kita sudah ikhlas karena Allah ?

Tidakkah sedekah kita hanya karena kita ingin dipuji oleh orang yang kita beri sedekah ? Agar kita dikatakan seorang yang baik, seorang yang dermawan, seorang yang peduli kepada orang lain ? Jika itu yang kita niatkan, maka sudah pantaskah kita berharap bahwa sedekah kita akan mendapatkan balasan sesuai yang dijanjikan Allah SWT ?

Soal kebaikan-kebaikan yang kita lakukan.

Sudahkan kita lakukan karena Allah ? Semata-mata karena mengharap ke Ridho-an Allah belaka. Jika belum, jangan mempertanyakan soal buahnya. Ibarat menanam pohon. Pilihlah bibit yang baik. Niatkan hanya karena Allah. Pelihara dengan baik disiram, dipupuk, dan hindarkan dari hama yang menggerogoti tanaman kita. Pelihara sedekah kita dengan menjaga niat kita, jangan riya, jangan sombong karena sedekah kita, lalukan dengan istiqomah meskipun sedikit.

Istiqomah ini ibarat air yang kita siramkan kepada tanaman setiap hari. Tanaman itu jika disiram setiap hari, akan tumbuh subur, mengeluarkan bunga, dan pada akhirnya akan menjadi buah yang kita harapkan.

Rasa sombong, sikap riya ( memamerkan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan ), adalah bagaikan hama yang akan merusak sedekah kita. Bagaikan hama yang bisa merusak atau menggerogoti tanaman kita sehingga tak bisa berbunga, apalagi bisa menjadi buah.

Jika kita beramal dengan niat yang baik, merawatnya dengan baik dengan penuh kerendahan hati, tidak sombong apalagi riya, insya Allah akan berbuahkan buah yang baik, yang lebat dan enak untuk dimakan, sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah SWT, bahwa Allah akan membalas setiap sedekah dengan berlipat ganda. 10 x, 100 x bahkan mungkin 700 x lipat.

Jika kita sudah melakukan semua perintah Allah dengan baik, namun belum ada buahnya, maka yang perlu kita teliti ulang, adalah niat kita sudahkah semata mengharap ke Ridho-an Allah atau masih karena mengharap selain Allah, lalu adab dalam melakukan kebaikan itu, apakah sudah kita lakukan dengan penuh kerendahan hati serta kesyukuran, ataukah dengan kesombongan bahwa kita sudah mampu melakukan itu semua. Kita lupa bahwa tanpa pertolongan Allah, tak ada sesuatupun yang mampu kita lakukan. Tanpa ijin dan kasih sayang Allah tak ada sesuatu yang mampu kita hasilkan. Itu dia !

Yuk kita tingkatkan ibadah kita, amal kebaikan kita, serta sedekah kita semata untuk mengharapkan ke Ridho-an Allah belaka. Agar ditambah-tambahkanNya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Agar apa yang kita lakukan, pada akhirnya akan menghasilkan buah yang indah dan manis. Bukankah begitu teman ? Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Alhamdulillahirabbil’alamiin
Purworejo, 6 Agustus 2016

Yang terus memburu kesucian,
Niniek SS
Labels: EDISI SPESIAL, Interospeksi, Kiat-Kiat Sembuh, Motivasi, Renungan

Thanks for reading Bagaimana Sebaiknya Mensikapi Nikmat ?. Please share...!

0 Komentar untuk "Bagaimana Sebaiknya Mensikapi Nikmat ?"

Back To Top